Kegiatan Workshop  pengembangan kurikulum  institusi  insersi matakuliah IPE pada kurikulum  jurusan dan prodi dilingkungan Poltekes Kemenkes Palu  yang diselenggarakan pada tanggal 06 juli s/d 13 juli 2022 bertempat di Careto Palu, kegiatan ini diawali dengan pembukaan oleh Direktur Poltekes kemenkes Palu yang diwakili oleh Wadir satu. Kegiatan ini yang di ikuti dari jurusan keperawatan, Jurusan kebidanan, Jurusan Sanitasi, Jurusan  Gizi, Adak, penjaminan Mutu, dan 2 Tim Pakar yaitu dari Universitas Taduako ( Dr. Afandi, S.Pd,M.Si ) dan dr. Dwi Tyastuti, S.Ked, MPH, Ph.D dari Fakultas Kedokteran Universitas negeri Syarif  Hidayatullah  Jakarta.  Interprofessional Education ini adalah salah satu konsep pendidikan teritegrasi untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi. IPE dilaksanakan oleh dua mahasiswa atau lebih dari profesi kesehatan yang berbeda dan saling berkontribusi dalam mempelajari tentang bagaimana memberikan pelayanan dengan sistem kolaborasi yang efektif dan menghasilkan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk pasien. Selain itu IPE merupakan langkah awal yang paling dibutuhkan untuk mempersiapkan calon-calon tenaga medis yang siap berkolaborassi sehingga dapat mewujudkan tenaga medis yang siap memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan kesehatan pasien . IPE merupakan kesempatan bagi mahasiswa dapat belajar berkolaborasi dengan cara menjalin kerjasama dengan profesi lain secara lebih responsive, efektif dan ekonomis walaupun berhadapan dengan berbagai tantangan seperti permasalahan pada urbanisasi, migrasi dan multibudaya yang bersifat dinamis. Dengan kolaborasi yang terencana dengan baik akan menjadikan kerjasama fleksibel, terkoordinasi, searah, seimbang dan efektif. Mahasiswa juga dapat mengerti bahwa tiap profesi memiliki tugas-tugas yang berbeda, sehingga mereka dapat menghargai identitas tiap profesi lain

Prinsip pelaksanaan Interprofessional Education terdapat tiga prinsip pelaksanaan IPE, yaitu :

1) Value/Nilai

  1. Berfokus pada kebutuhan individu (pasien), keluarga dan komunitas agar dapat meningkatkan kualitas dan hasil pelayanan kesehatan.
  2. Memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh anggota dari setiap profesi untuk memberikan pendapat.
  3. Mengahargai individualitas dan perbedaan antara nggota tim.
  4. Menghargai identitas dan keahlian setiap profesi.
  5. Mengedepankan penyamaran antar profesi dalam lingkungan pembelajaran.
  6. Menanamkan nilai uninprofesional dan multiprofesional.

2) Process/Proses

  1. Terdiri dari rangkaian sistem pembelajaran untuk pendidikan, kesehatan manajerial, medis, perawatan social dan profesi lainnya.
  2. Mengajak mahasiswa untuk berpartisipasi pada perencanaan, perkembangan dan evaluasi hasil pembelajaran.
  3. Meninjau kembali kebijakan dan praktek secara kritis dari perbedaan perspektif.
  4. Tiap anggota dari profesi yang berbeda dapat saling belajar dan berbagi pengalaman serta keahlian masing-masing.
  5. Manajemen konflik yang baik, sehingga dapat menyamakan pendapat dan menyepakati hasil dari diskusi.
  6. Pembelajaran yang menggabungkan antara pembelajaran di universitas dan di tempat di tempat kerja. g. Perpaduan antara teori dan praktek.
  7. Menggunakan pengajaran dasar evidence-based, termasuk runtutan atau rangkaian dan penempatan pelasanaan IPE.
  8. Menerapkan kriteria dan proses pengkajian jyang konsisten bagi seluruh profesi dengan tujuan agar menjadi profesi yang berkualifikasi.
  9. Melibatkan service users dan perawat dalam proses belajar mengajar.

 

3) Outcome/Hasil

  1. Menghasilkan tenaga professional.
  2. Meningkatkan praktik dalam setiap profesi.
  3. Saling bekerjasama dan komunikasi dengan tujuan memperbaiki pelayanan kesehatan.
  4. Memperbaiki individu (pasien), keluarga dan komunitas.
  5. Tiap anggota dapat mendeskripsikan pengalamannya.
  6. Perkembangan yang terjadi pada anggota IPE dapat dijadikan dan penelitian yang sistematis

World Health Organization (2010) menjabarkan manfaat yang dapat diperoleh dari IPE, yaitu :

1) Educational benefits

  1. a) Mahasiswa memiliki pengalaman dan wawasan yang lebih nyata.
  2. b) Mahasiswa mempelajari tentang bagaimana bekerja sebagai praktisi
  3. c) Para staf dari berbagai profesi dapat ikut melakukan kontribusi kedalam pengembangan program.

2) Health policy benefits

  1. a) Meningkatkan praktik dan produktivitas di tempat kerja.
  2. b) Meningkatkan hasil pelayanan kesehatan.
  3. c) Meningkatkan tingkat keselamatan pasien.
  4. d) Jangkauan ke pelayanan kesehatan yang lebih baik.

 

Untuk dapat mengukur tingkat kemampuan kolaborasi antara mahasiswa dan memeriksa sejauh mana individu dapat terlibat dalam perilaku kolaboratif terdapat lima dimensi (Bronstein 2002), yaitu : 1) Saling ketergantungan dalam interaksi professional yang mengacu pada terjadinya interaksi antara tenaga kesehatan lain menurut peran dan tugas masing-masing demi mencapai tujuan yang sama. Untuk fungsi ini seluruh tenaga kesehatan harus memiliki pemahaman yang jelas tentang peran dan tanggung jawab masing-masing. Perilaku yang menunjukkan saling ketergantungan adalah waktu yang dihabiskan bersama dalam kegiatan formal dan informal, komunikasi secara lisan dan tertulis antar mahasiswa dan saling menghargai dan menghormati pendapat dan masukan yang diperlukan antar mahasiswa. 2) Kegiatan professional yang baru saja dibuat yang mengacu pada tindakan kolaboratif dari apa yang dibuat ketika para profesional bertindak menurut peran masing-masing. Aktivitas ini memaksimalkan keahlian antar kolaborator. 3) Fleksibilitas yang berhubungan pada ketergantungan peran yang mengacu pada kejadian yang mempertimbangkan untuk kesenjangan peran. 4) Tujuan bersama yang mengacu pada berbagi tanggung jawab dalam seluruh proses untuk mencapai tujuan bersama, termasuk ikut dalam mendesain, mendefinisikan, mengembangkan dan mencapai tujuan akhir. 5) Refleksi atas proses yaitu mengacu pada perhatian dalam proses kerjasama antar mahasiswa. Dapat termasuk pada saat mereka berfikir, saling menyampaikan pendapat dan memberikan umpan balik antar mahasiswa dalam proses berdiskusi untuk memperkuat hubungan dan efektivitas kolaborasi.