Desa Lero, Donggala – Kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk “Edukasi dan Simulasi Kesiapsiagaan Bencana bagi Ibu Hamil di Desa Lero, Donggala” telah berhasil dilaksanakan dengan pendekatan edukatif dan partisipatif. Kegiatan ini menjadi salah satu langkah nyata dalam mengedukasi masyarakat, khususnya kelompok rentan seperti ibu hamil, dalam menghadapi potensi bencana yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Kegiatan ini diprakarsai oleh Mardiani Mangun, S.SiT., MPH., bersama tim dosen dari institusi pendidikan kesehatan, yakni Dr. Irsanty Collein, M.Kep., Sp.Kep.MB., Ibu Olkamien J. Longulo, S.Kep.Ns., MSc., Eli Saripah, S.Kep.Ns., M.Kep., Sp.Kep.J., Zakia Radjulaeni, M.Tr.Keb, dan Masda, SST. Mereka semua merupakan tenaga pendidik dan praktisi kesehatan yang memiliki kepedulian tinggi terhadap isu-isu kesiapsiagaan bencana dan kesehatan komunitas.
Kegiatan ini dihadiri oleh lima orang ibu hamil, sepuluh kader kesehatan, serta petugas kesehatan dan perangkat desa, termasuk Bapak Kepala Desa Lero, Abdul Salam. Kehadiran perangkat desa menunjukkan dukungan penuh terhadap program ini. Para peserta sangat antusias mengikuti setiap rangkaian kegiatan yang diselenggarakan, mulai dari sesi edukasi hingga simulasi praktik lapangan.
Sesi edukasi difokuskan pada pemahaman dasar mengenai jenis-jenis bencana yang berpotensi terjadi di wilayah Donggala, termasuk gempa bumi dan tsunami, serta dampaknya terhadap ibu hamil. Materi yang disampaikan juga meliputi pentingnya memiliki rencana darurat keluarga, isi tas siaga bencana, serta langkah-langkah evakuasi yang tepat dan aman bagi ibu hamil. Edukasi ini dibawakan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami agar peserta dapat menyerap informasi secara maksimal.
Dalam sesi simulasi, peserta diajak untuk mempraktikkan langkah-langkah evakuasi secara langsung. Dengan bantuan tim fasilitator dan petugas kesehatan, ibu hamil dilatih untuk mengenali jalur evakuasi, posisi tubuh yang aman saat terjadi gempa, dan bagaimana meminta bantuan jika dalam kondisi darurat. Para kader kesehatan juga diberi penguatan peran sebagai pendamping dan pemberi informasi awal dalam situasi krisis.
Selain memberikan edukasi teknis, kegiatan ini juga mengedepankan aspek psikososial. Ibu hamil diajak untuk berbagi pengalaman dan kekhawatiran mereka terhadap kemungkinan bencana. Dalam sesi diskusi kelompok kecil, tercetus beberapa tantangan seperti kurangnya akses terhadap informasi, keterbatasan transportasi saat darurat, hingga rasa takut dan kecemasan yang berlebih. Fasilitator memberikan dukungan emosional dan strategi coping yang dapat digunakan peserta dalam menghadapi stres bencana.
Kepala Desa Lero, Abdul Salam, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap pelaksanaan kegiatan ini. Ia berharap agar pelatihan serupa dapat terus dilanjutkan dan melibatkan lebih banyak elemen masyarakat. Menurut beliau, kesiapsiagaan merupakan tanggung jawab bersama, dan keterlibatan ibu hamil dan kader merupakan modal sosial penting dalam memperkuat ketangguhan desa terhadap bencana.
Hasil evaluasi dari kegiatan menunjukkan peningkatan pengetahuan dan kesiapan peserta dalam menghadapi situasi bencana. Melalui post-test dan umpan balik, diketahui bahwa sebagian besar peserta mampu mengingat langkah-langkah evakuasi, memahami pentingnya tas siaga, serta lebih percaya diri dalam bertindak saat terjadi bencana. Ini membuktikan bahwa pendekatan edukatif dan partisipatif efektif dalam meningkatkan kapasitas masyarakat.
Kegiatan ini juga membuka ruang kolaborasi antara institusi pendidikan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan pemerintah desa. Tim dosen berkomitmen untuk terus mendampingi masyarakat melalui program pengabdian berkelanjutan yang tidak hanya fokus pada edukasi satu arah, namun juga pada pemberdayaan masyarakat secara menyeluruh. Diharapkan ke depan akan ada pengembangan modul lokal kesiapsiagaan bencana yang dapat digunakan oleh desa lain di wilayah Donggala.
Dengan dilaksanakannya kegiatan ini, tim pengabdian berharap agar masyarakat, khususnya ibu hamil, tidak hanya menjadi objek bantuan saat bencana terjadi, tetapi juga menjadi subjek aktif dalam proses mitigasi dan tanggap darurat. Edukasi dan simulasi yang diberikan menjadi bekal penting dalam membangun komunitas yang lebih siap, tangguh, dan mandiri dalam menghadapi bencana di masa depan.
Leave A Comment
You must be logged in to post a comment.